Cerpen Kado Terbaik

Cerpen Kado Terbaik

Contoh Cerpen

Kali ini saya akan memberikan Contoh Cerpen yang berjudul Kado Terbaik karya Monica Anggiani Hutabara. Silakan meyiimak contoh cerpen Kado Terbaik.


Kado Terbaik
Oleh : Monica Anggiani Hutabara


“Selamat pagi, happy december”. Sepatah pesan singkat yang kuterima pagi hari ini, kulontarkan senyuman penuh arti terhadap Evi, sahabatku yang mengirim pesan singkat di awal Desember yang indah. Sejenak ku tatap pigura yang terpampang di tembok kamarku, aku termenung, mengingat betapa cepatnya waktu berputar, mengingat akan umurku akan bertambah dalam waktu sembilan hari ke depan, tiba-tiba jam dinding menunjukan pukul lima pagi, aku bersiap siap untuk mandi dan bersekolah. Ku raih ranselku dan bergegas menuju sekolah untuk menuntut ilmu.

“Pulang sekolah ada waktu gak? Pengen curhat nih” ku terima satu pesan dari Evi yang ada di ponselku. Setiap menit kulihat jam tanganku menunggu jarum jam berputar sampai 13.05 yaitu waktuku pulang sekolah. Ku habiskan jam kosong ini dengan rasa malas. “Kriiinggg” tiba-tiba bel sekolah berbunyi nyaring menandakan waktu berkemas dan pulang. Aku menunggu Evi sambil menikmati jajanan yang tersedia di depan sekolahku. Seseorang berjilbab yang mengendarai motornya memanggilku sambil melambaikan tangannya. Tidak asing lagi, dia adalah Evi sahabatku.
“Hey, ini aku Evi, ayo kita pulang” Ajak Evi. Aku pun segera menaiki motor Evi dan pergi meninggalkan sekolah. “Vi, mau kemana ini?” tanyaku dengan rasa penasaran
“Sudahlah, ikut saja. Ada yang ingin aku ceritakan kepadamu” .Motor Evi berhenti tepat di depan cafe yang biasa kita kunjungi. Evi segera memarkirkan motornya dan berjalan menuju meja makan. Seorang pelayan pria menyodorkan daftar menu dan secarik kertas untuk mencatat pesanan. Setelah kertas tersebut terisi dengan daftar makanan yang kupesan, ia segera pergi meninggalkan kami berdua. Dan ditengah – tengah saat kita makan Evi bercerita kepadaku bahwa dia sangat rindu kepada orang tuanya . “Mungkin sebaiknya aku kembali ke Palembang bersama orang tuaku” Ucap Evi dengan wajah serius. Seketika aku tersedak, segelas air putih segera ku minum. “Apa? Kembali ke Palembang” Mataku terbelalak sambil berteriak sekencangnya. “Iya, aku ingin kembali ke Palembang bersama orang tuaku” Ucap Evi dengan berat. “Jadi, kamu mau ninggalin aku sendiri?” kataku. “Hm, aku gak tau pasti sih, yah mungkin. Aku belum tau mau pergi kapan. Masih berat ninggalin Jombang”
Aku hanya termenung mendengar ucapan Evi. Bagaimanapun juga aku tidak punya hak untuk mencegah Evi pergi. Aku harus menghargai apapun keputusannya itu.

Bel sekolah berbunyi lantang membuyarkan lamunanku. Baru ku ingat aku ada janji untuk melihat pertunjukan teater yang diselenggarakan di plaza teater Jombang. Seperti biasanya aku menunggu Evi di depan gerbang sambil menikmati jajanan yang tersedia di depan sekolahku. Saat Evi sudah muncul di depan sekolah, aku segera pergi menuju Plaza Teater. Setelah sampai disana ku siapkan tiket beserta camilan untuk menemani jalannya pertunjukan teater. Selesai melihat pertunjukkan kami langsung menaiki motor dan pergi menuju cafe yang biasa kita kunjungi untuk membeli makan malam. Jarum jam sudah menunjukan pukul delapan malam. Saatnya Aku dan Evi pulang ke rumah.
“11 DESEMBER 2011”
Saatku terbangun dari tidur nyenyakku, kulihat kalender yang terpajang di tembok kamarku. Hari ini adalah Minggu tanggal 11 Desember 2011, hari yang kutunggu-tunggu selama ini yaitu ulang tahunku yang ke-15. Suara Ayah dan Ibuku menyadarkanku, mereka mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku dan menggumamkan sejuta doa untukku. Sesaat ku teringat, apa sahabatku tidak mengucapkan ulang tahun kepadaku. Kulihat lagi layar ponselku terdapat 15 pesan ucapan selamat ulang tahun dari teman-temanku tetapi tak satupun tertera nama Evi dalam pesanku. Aku terkejut, bagaimana sahabatku lupa untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku.Ku ketuk pintu rumah Evi berkali kali sambil mengucap salam. Saat itu nenek Evi keluar menghampiriku dan menjawab salamku. “Maaf nak, Evi sudah tidak disini. Ia sudah pergi ke Palembang sejak jam lima pagi tadi. Kepergian Evi memang mendadak karena tiket pesawat yang tersedia juga mendadak”
Aku langsung kirim beberapa pesan untuk Evi tetapi tak satupun balasan darinya. Bagaimana mungkin seorang sahabatku lupa untuk berpamitan bahwa ia akan pergi meninggalkanku dan kota ini. Berjam jam aku hanya duduk diam di teras depan rumah dan masih tak percaya sahabat yang selama ini selalu bersamaku telah pergi. Tiba-tiba suara teriakan seseorang terdengar dari samping rumahku, aku terkejut mendengar suara itu. Aku lalu berlari menghampiri seseorang tersebut.
“Selamat ulang tahun!!!” suara Evi dan teman-temanku yang lain meramaikan suasana rumahku yang sunyi. Aku terdiam seketika, bagaimana mungkin Evi bisa kembali lagi setelah ucapan Nenek Evi yang mengatakan ia telah pergi ke Palembang.
“Selamat ulang tahun ya, maaf jika aku telah berbohong kepadamu tentang kepergianku, Nenek juga aku ajak kerjasama untuk membohongimu” Evi berkata sambil tertawa terbahak-bahak. Tetapi aku tidak marah mendengarkan pengakuan Evi, justru malah tersenyum lega melihat sahabatku kembali.
“Kamu tahu, kehadiranmu adalah kado yang terbaik yang pernah aku punya” Jawabku sambil tersenyum.
Previous
Next Post »