Cerpen Pelangi

contoh cerpen pelangi

Contoh Cerpen

Cerpen adalah jenis karya sastra yang memaparkan kisah atau cerita tentang manusia dan seluk beluknya lewat tulisan pendek. Pada artikel kali ini saya akan memberikan sebuah contoh cerpen cinta yang berjudul Pelangi karya Pangesti Tisna Wahyu N. Silakan meyiimak contoh cerpen Pelangi.

Pelangi
Oleh : Pangesti Tisna Wahyu N

    Tiupan angin memporak porandakan rambut kemerahan yang semenit lalu disisir rapi. Tatapannya kosong dan bibirnya begitu rapat terkunci. Danisa, seorang anak pembantu tengah meyendiri di bawah atap halte bus. Di tengah-tengah udara yang dingin menggigit kulit hitamnya. Sore yang penuh pikiran kelabu di benak danisa.
    "Kakak sedang apa? Kenapa kakak begitu sedih?" tiba-tiba seorang anak aneh mendekati danisa.
    Dengan rambut pirangnya dikepang dua, gaun cokelat panjang dan dia membawa seekor kucing kecil
    "Kau siapa? Kau tak seperti orang dari daerah sini?"
    "Kakak kenapa? Ceritakan padaku, kita tak saling mengenal, jadi aku tidak akan berbuat yang tidak-tidak, seperti membocorkan cerita kakak, misalnya."
    Danisa terseyum. Anak itu menatap danisa dengan mata berbinar-binar. Sementara kucing kecil di kakinya berputar-putar. mengelilingi pergelangan kakinya.
    "Aku ini orang tak punya. Dan aku tak pernah berteman. Aku ingin berbaur dengan teman-teman, tapi mereka orang-orang yang memiliki segalanya. Aku tidak percaya diri mendekati mereka." jelas danisa
    "Jadi hanya itu kak?"
    "Ya, kau tau? Ini jakarta. Dan tak banyak orang sepertiku. Dan beberapa minggu ini hanya kau yang mau berbicara padaku. Mungkin teman-teman tak mau melihatku."
    "Itu tidak benar. Mereka tidak menjahui kakak. Justru kakak yang menjahui mereka."
    "Kau jangan sok tahu. Jika memang seperti itu keadaannya, pasti aku lebih baik dari ini."
    Tiba-tiba anak kecil ini mengeluarkan lukisan yang dilipat kecil di dalam saku gaunnya. Lukisan pelangi kecil dengan langit yang sangat terang.
    "Kakak lihat ini?"
    "Itu pelangi. Pasti ibumu yang menggambarkan ini untukmu. Kau tak mungkin menggambar seindah itu."
    "Kakak lihat warna-warni yang ada di pelangi ini? Merah? Jingga? Kuning? Dan seterusnya."
    "Lalu harus diapakan lukisan ini?" jawab danisa ketus
    "Semua warna itu berbeda. Tetapi ketika mereka menjadi satu, indah sekali kan? Bayangkan pelangi hanya memiliki satu warna?"
    Danisa pun terseyum. Terus menangkap pancaran mata anak aneh itu.
    "Mungkin kakak memang berbeda dengan yang lain. Tapi ketika kalian menjadi satu, bukankah lebih indah dari pada hanya satu?"
    Danisa hanya tenang dan kagum melihat anak kecil itu.
    "Mungkin kakak memang berada di bawah mereka. Seperti warna ungu dari pelangi, dan teman-teman kakak merah, jingga, kuning, dan hijau. Tapi tanpa satu warna, ini bukan pelangi. Semua warna harus berbeda, dan harus ada. Itulah pelangi."
    Danisa merasa ada yang menyentuh perasaannya. Anak itu menyadarka, bahwa kebersamaan itu sangat penting.
    "Kau hebat. Aku paham maksudmu!" danisa terseyum
    "Berdirilah kak, temui teman-teman kakak. Mereka ada di taman dekat halte ini." anak ini berjalan meninggalkan danisa.
    "Terima kasih."
    Anak itu menoleh dan mengerlikan sebelah matanya. Danisa membuka mata.
    "Tadi hanya mimpi? Mengapa begitu nyata."
    Danisa menemukan dirinya di bawah halte, dengan langit yang gelap, udara yang mulai menghangat. Jam dinding halte menunjukan pukul 7 malam. ia tertidur. Danisa berdiri dan berjalan perlahan menuju taman kota.
    "Danisa, kami merindukanmu. Kemarilah. Tak biasanya kau mau menghampiri kami. Kita bisa bermain mala mini." seru fitri, anak saudagar yang manis dan tinggi
    Danisa hanya tersenyum dan mengikuti fitri. Rasa percaya dirinya tumbuh begitu cepat. Ia memikirkan gadis kecil aneh di dalam mimpinya. Ia bingung, kenapa mimipi itu seolah menjadi kenyataan?
    Kini, ia seperti pelangi yang indah, pelangi yang dikatakan oleh si gadis kecil aneh. Di tengah permainan, Danisa menangkap sesosok gadis kecil aneh itu bersama dengan seorang laki-laki seumuran dengannya. Ia melihat jauh di ujung jalan. Di sebuah bangku pinggir jalan. Danisa pun terseyum.
    "Mungkin, gadis itu memang nyata. Dan kini, ia mungkin sedang menumbuhkan semangat pemuda lain." kata danisa dalam hati.
Previous
Next Post »